Cerpen oleh : M. Najib Amanullah
Hari itu, najib dan kakaknya tengah duduk santai di pinggir kolam, mereka menikmati suasananya. Tiba-tiba najib bertanya pada kakaknya "Mas berarti kalau capek di semarang pijat kakinya sendiri?" tanyanya.
"iya, nah mumpung masih di Blora mas dipijat dong?" balas kakaknya.
"Tapi aku gak bisa pijat" balas Najib.
Pada hari rabu, guru olah raga najib pak rochim mengajari cara memijat kaki. Najib sangat bersemangat belajar karena ia ingin memijat kakaknya ketika ia pulang nanti.
Esoknya, ia menunjukkan cara memijat kaki yang diajari gurunya,"wah berartin kalau bapak dan ibuk capek gak usah manggil tukang pijat dong, tinggal manggil kamu saja jib hehe..." canda ibuk. “Boleh tapi bayar Rp 10.000 tiap pijat lho.” Balas Najib tak mau kalah.
Esoknya, ia bangun pagi sekali, karena hari itu saatnya seluruh umat muslim di dunia wajib melaksanakan ibadah puasa. Ia sahur dengan telur dan sosis, hari-hari ia lewati dengan tidur, sebab hari itu adalah hari libur sekolah. Hari dua puluh tiga ramadhan, saudaranya datang ke rumahnya. Esoknya kakaknya pulang ke gedongsari, desa tempat tinggal Naib sekeluarga. Ia langsung memijat kakaknya. Kakaknya kesakitan, lalu ia berkata "aneh… masak tulang mijet tulang, ini namanya pijat antar tulang!!! udah dek sakit" seru kakaknya.
"kemarin yang nyuruh siapa ? sekarang dipijat kok gak mau" balas Najib.
"Tapi bunyinya kletak - kletuk" kata mas Sus.
"Gak apa-apa" kata Najib.