“Mas nanti ayo renang ya ? Adek pengen bisa
renang mas...” Ajak Aam berusaha membujuk kakaknya.
“Mmmm... Mas masih ngantuk dek. Apa adek nggak
ngantuk tadi malam habis begadang nonton EURO ?” Sahut Mas Ben, kakaknya Aam.
“Ya ngantuk sih mas, tapi nanti kalau sudah
masuk ke kolam kan jadi hilang... hehe.” Kata Aam tak habis kata untuk membujuk
kakaknya.
“Tadi malam adek tidur sebelum pertandingan
bolanya main kan ? hayo ngaku..?”
“Hehe... iya” jawab Aam sambil tertawa kecil.
“Tapi sayang ya mas, kemarin kita jatahnya
nonton EURO memang harus di TV yang kecil.”
“Makanya, kemarin yang minta TV besar di kamar
Ibuk dipindah ke depan siapa ? Adek kan ?”
“Iya mas, tapi kok nggak bisa ya ?” Tanya Aam
penasaran.
“Katanya Ibuk ita kan Duo Cungkring, memang kita
takdirnya dapat jatah yang kecil – kecil dek... hahaha.” Jawab Mas Ben sambil
tertawa.
“Ayo... Duo Cungkring sarapan dulu kalau mau
renang.” Kata Ibuk sembari mempersiapan perlengkapan untuk dibawa ke tempat
renang. Aam dan Ben pun bergegas untuk sarapan sebelum mereka berangkat.
Disela mereka menyantap hidangan sarapan, mereka
tak lepas dari obrolan – obrolan dan gurauan. Bahkan tak jarang mereka saling
mengejek cungkring satu dengan yang lain.
“Sesama cungkring jangan saling mengejek.” Kata
Ibuk menengahi mereka.
“Saya nggak ngejek Buk, hanya mengepaskan
saja... hehe.” Jawab Aam.
“Dasar cungkring.” Ben membalas ejekan adiknya.
“Sudah – sudah jangan ejek – ejekan terus,
sarapanya cepet dihabiskan nanti kesiangan lho berangkatnya.” Kata Ibuk.
Kemudian mereka berdua pun segera menghabiskan santap pagi mereka. Tak lama
kemudian mereka bergegas berangkat ke Kampoeng Bluron.
“Mas bisa berenang gaya apa ?” Tanya Aam
ditengah perjalanan.
“Gaya apa aja bisa. Gaya kupu – kupu, gaya
punggung, gaya batu pun mas bisa dek... hahaha.” Jawab Ben tertawa.
“Bener Mas ? Nanti adek ajari ya mas.” Aam
meminta untuk diajari berenang oleh kakaknya.
“Okey cungkring, gampang.”
“Adek bisa gaya renang apa ?” Tanya Ben ke Aam.
“Hehe... belum bisa renang mas. Bisanya Cuma
gaya batu, jadi langsung tenggelam... hahaha.” Jawab Aam sambil bergurau.
“Dasar... Pasti adek bisa gaya kerupuk ya ?”
Tanya Ben.
“Kok tahu mas ?” Aam sangat penasaran.
“Soalnya adek ringan kayak kerupuk... hahaha.”
“Ah... mas gitu. Katanya Ibuk sesama cungkring
nggak boleh mengejek lho mas.” Kata Aam.
“Lho, mas nggak ngejek. Cuma ngepaskan aja dek.”
“Ah... iya iya. Mas juga kecil kayak aku. Pasti
juga bisanya gaya kerupuk.” Balas Aam.
“Udah tak bilangin tadi, mas kan bisa gaya apa
aja... yeee.”
“Yang bener...?” Tanya Aam tidak yakin.
‘‘Ya nanti adek lihat aja sendiri di sana.”
“Okey...” Sahut Aam sangat bersemangat.
Keasikan mengobrol sepanjang perjalanan, tidak
terasa mereka telah tiba di tempat yang mereka tuju. “Wah dek, kok masih sepi.”
Kata Ben.
“Iya ya mas.”
Setelah mereka perkir di samping pintu masuk,
kemudian mereka melihat spandul yang ditempelkan di dekat tempat parkir itu.
“Lho dek, bukanya jam sembilan ini baru jam setengan sembilan.”
“Waaah... kita kepagian dong mas.”
“Hahaha... Ya udah dek, kita beli tiket masuknya
dulu siapa tahu nanti langsung dibuka.”
Akhirnya mereka pun ke petugas tiket dan segera
membeli tiket masuk. “Mas, kok belum buka sih jam segini ? Bisa di buka
sekarang nggak mas ?” Tanya Ben ke petugas.
“Mmm...” Petugas terlihat sedang berfikir.
“Ayolah mas dibuka, nggak kasihan adiku mas ?
ntar kalau nunggu lama malah tambah kecil lho.” Kata Ben sambil bergurau.
“Ya sudah mas, boleh masuk.” Petugas akhirnya
mengijinkan untuk masuk.
Sesampai di kolam, suasana di sana nampak sepi
sekali. Biasanya terdengar suara gemericik air, kali ini masih sepi belum
terdengar apa – apa. Hanya ada Ben dan Aam.
“Mas, kolam ini milik kita sekarang, nggak ada
orang lain.” Kata Aam.
“Nanti kolamnya bawa pulang ya biar bisa renang
di rumah.” Sahut Ben.
“Emang bisa mas ?” Tanya Aam.
“Ya nggak bisa lah, gimana cara bawanya ? sudah
sekarang ganti baju, kita renang gaya kerupuuuuk... hahaha.”
Akhirnya mereka berdua mulai menyeburkan badan
ke dalam air. Kolam itu pun tidak terlalu dalam, sekitar satu setengah meter
dalamnya. Aam mencoba mengayunkan
tangan, berharap untuk bisa berenang. Ia nampak bersemangat. Mungkin dia merasa
ringan karena tubuhnya yang kecil. Sementara Ben, menyeburkan diri ke kolam
sambil melompat dari pinggir kolam. Byurrr.... suara air terdengar ketika tubuh
Ben menimpa air kolam. Ia pun berenang kembali ke pinggir.
“Aduuuh...” Rintihnya.
“Mas kenapa ?” Tanya Aam merasa heran.
“Bibirnya mas membentur lantai kolam.” Kata Ben
sambil menunjukkan gusinya yang luka.
“Wah, kasihan mas ya.” Ejek Aam.
“Ayo adek
diajarin mas berenang.” Ajak Ben.
“Oke mas.” Sahut Aam dengan semangat.
Akhirnya mereka berdua pun kembali masuk ke
dalam kolam. Aam kembali berlatih berenang, sementara Kakaknya mengawasi sambil
menahan rasa perih pada gusinya.
“Adek coba ayunkan tangan perlahan, santai
saja.” Himbau Ben mengajari adiknya.
Mereka terus melakukanya hingga tak terasa
matahari sudah cukup tinggi dengaan sinarnya yang cukup terik. Tempat itu pun
mulai ramai pengunjung. Aam masih terlihat semangat berlatih.
“Adek nggak capek ?” Tanya Ben.
Aam hanya menggeleng – gelengkan kepala.
“Mas lihat...!!!” Teriak Aam.
Ia pun menunjukkan ke Kakaknya bahwa ia sudah
bisa berenang. Meski masih belum piawai, setidaknya ia bisa berenang beberapa
meter.
“Wah... bagus dek. Akhirnya adek bisa juga
renang gaya kerupuk... hahaha.”
“Hahaha... ayo mas sini.” Teriak Aam dengan
gembira.
Ben pun ikut bergabung bersama adiknya yang
masih belum nampak kelelahan. Mereka berenang ke sana – ke mari tanpa
menghiraukan pengunjug lain. Akhirnya setelah meras lelah, mereka pun menepi di
pinggir kolam. Berjemur di bawah matahari yang terik.
“Sudah yuk dek, ganti baju terus pulang. Yang
penting adek sudah bisa berenang gaya kerupuk sekarang...” Ucap Ben
“Oke... kalau mas renangnya kaya kapuk ya mas...
haha.” Jawab Aam sambil bercanda.
Setelah bilas dengan air bersih dan ganti
pakaian, mereka pun segera meninggalkan tempat itu. Mereka tidak dapat
menyembunyikan raca lelah setelah berenang cukup lama. Tak seperti ketika
perjalanan berangkat, kini mereka tak begitu banya bicara. Namun mereka tetap
merasa gembira, terutama Aam yang kini sudah bisa berenang gaya kerupuk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berikan komentar Anda yang membangun