Minggu, 24 Juni 2012

RENANG GAYA KEUPUK


“Mas nanti ayo renang ya ? Adek pengen bisa renang mas...” Ajak Aam berusaha membujuk kakaknya.
“Mmmm... Mas masih ngantuk dek. Apa adek nggak ngantuk tadi malam habis begadang nonton EURO ?” Sahut Mas Ben, kakaknya Aam.
“Ya ngantuk sih mas, tapi nanti kalau sudah masuk ke kolam kan jadi hilang... hehe.” Kata Aam tak habis kata untuk membujuk kakaknya.
“Tadi malam adek tidur sebelum pertandingan bolanya main kan ? hayo ngaku..?”
“Hehe... iya” jawab Aam sambil tertawa kecil.
“Tapi sayang ya mas, kemarin kita jatahnya nonton EURO memang harus di TV yang kecil.”
“Makanya, kemarin yang minta TV besar di kamar Ibuk dipindah ke depan siapa ? Adek kan ?”
“Iya mas, tapi kok nggak bisa ya ?” Tanya Aam penasaran.
“Katanya Ibuk ita kan Duo Cungkring, memang kita takdirnya dapat jatah yang kecil – kecil dek... hahaha.” Jawab Mas Ben sambil tertawa.
“Ayo... Duo Cungkring sarapan dulu kalau mau renang.” Kata Ibuk sembari mempersiapan perlengkapan untuk dibawa ke tempat renang. Aam dan Ben pun bergegas untuk sarapan sebelum mereka berangkat.

Disela mereka menyantap hidangan sarapan, mereka tak lepas dari obrolan – obrolan dan gurauan. Bahkan tak jarang mereka saling mengejek cungkring satu dengan yang lain.
“Sesama cungkring jangan saling mengejek.” Kata Ibuk menengahi mereka.
“Saya nggak ngejek Buk, hanya mengepaskan saja... hehe.” Jawab Aam.
“Dasar cungkring.” Ben membalas ejekan adiknya.
“Sudah – sudah jangan ejek – ejekan terus, sarapanya cepet dihabiskan nanti kesiangan lho berangkatnya.” Kata Ibuk. Kemudian mereka berdua pun segera menghabiskan santap pagi mereka. Tak lama kemudian mereka bergegas berangkat ke Kampoeng Bluron.
“Mas bisa berenang gaya apa ?” Tanya Aam ditengah perjalanan.
“Gaya apa aja bisa. Gaya kupu – kupu, gaya punggung, gaya batu pun mas bisa dek... hahaha.” Jawab Ben tertawa.
“Bener Mas ? Nanti adek ajari ya mas.” Aam meminta untuk diajari berenang oleh kakaknya.
“Okey cungkring, gampang.”
“Adek bisa gaya renang apa ?” Tanya Ben ke Aam.
“Hehe... belum bisa renang mas. Bisanya Cuma gaya batu, jadi langsung tenggelam... hahaha.” Jawab Aam sambil bergurau.
“Dasar... Pasti adek bisa gaya kerupuk ya ?” Tanya Ben.
“Kok tahu mas ?” Aam sangat penasaran.
“Soalnya adek ringan kayak kerupuk... hahaha.”
“Ah... mas gitu. Katanya Ibuk sesama cungkring nggak boleh mengejek lho mas.” Kata Aam.
“Lho, mas nggak ngejek. Cuma ngepaskan aja dek.”
“Ah... iya iya. Mas juga kecil kayak aku. Pasti juga bisanya gaya kerupuk.” Balas Aam.
“Udah tak bilangin tadi, mas kan bisa gaya apa aja... yeee.”
“Yang bener...?” Tanya Aam tidak yakin.
‘‘Ya nanti adek lihat aja sendiri di sana.”
“Okey...” Sahut Aam sangat bersemangat.
Keasikan mengobrol sepanjang perjalanan, tidak terasa mereka telah tiba di tempat yang mereka tuju. “Wah dek, kok masih sepi.” Kata Ben.
“Iya ya mas.”
Setelah mereka perkir di samping pintu masuk, kemudian mereka melihat spandul yang ditempelkan di dekat tempat parkir itu. “Lho dek, bukanya jam sembilan ini baru jam setengan sembilan.”
“Waaah... kita kepagian dong mas.”
“Hahaha... Ya udah dek, kita beli tiket masuknya dulu siapa tahu nanti langsung dibuka.”
Akhirnya mereka pun ke petugas tiket dan segera membeli tiket masuk. “Mas, kok belum buka sih jam segini ? Bisa di buka sekarang nggak mas ?” Tanya Ben ke petugas.
“Mmm...” Petugas terlihat sedang berfikir.
“Ayolah mas dibuka, nggak kasihan adiku mas ? ntar kalau nunggu lama malah tambah kecil lho.” Kata Ben sambil bergurau.
“Ya sudah mas, boleh masuk.” Petugas akhirnya mengijinkan untuk masuk.
Sesampai di kolam, suasana di sana nampak sepi sekali. Biasanya terdengar suara gemericik air, kali ini masih sepi belum terdengar apa – apa. Hanya ada Ben dan Aam.
“Mas, kolam ini milik kita sekarang, nggak ada orang lain.” Kata Aam.
“Nanti kolamnya bawa pulang ya biar bisa renang di rumah.” Sahut Ben.
“Emang bisa mas ?” Tanya Aam.
“Ya nggak bisa lah, gimana cara bawanya ? sudah sekarang ganti baju, kita renang gaya kerupuuuuk... hahaha.”
Akhirnya mereka berdua mulai menyeburkan badan ke dalam air. Kolam itu pun tidak terlalu dalam, sekitar satu setengah meter dalamnya.  Aam mencoba mengayunkan tangan, berharap untuk bisa berenang. Ia nampak bersemangat. Mungkin dia merasa ringan karena tubuhnya yang kecil. Sementara Ben, menyeburkan diri ke kolam sambil melompat dari pinggir kolam. Byurrr.... suara air terdengar ketika tubuh Ben menimpa air kolam. Ia pun berenang kembali ke pinggir.
“Aduuuh...” Rintihnya.
“Mas kenapa ?” Tanya Aam merasa heran.
“Bibirnya mas membentur lantai kolam.” Kata Ben sambil menunjukkan gusinya yang luka.
“Wah, kasihan mas ya.” Ejek Aam.
“Ayo adek  diajarin mas berenang.” Ajak Ben.
“Oke mas.” Sahut Aam dengan semangat.
Akhirnya mereka berdua pun kembali masuk ke dalam kolam. Aam kembali berlatih berenang, sementara Kakaknya mengawasi sambil menahan rasa perih pada gusinya.
“Adek coba ayunkan tangan perlahan, santai saja.” Himbau Ben mengajari adiknya.
Mereka terus melakukanya hingga tak terasa matahari sudah cukup tinggi dengaan sinarnya yang cukup terik. Tempat itu pun mulai ramai pengunjung. Aam masih terlihat semangat berlatih.
“Adek nggak capek ?” Tanya Ben.
Aam hanya menggeleng – gelengkan kepala.
“Mas lihat...!!!” Teriak Aam.
Ia pun menunjukkan ke Kakaknya bahwa ia sudah bisa berenang. Meski masih belum piawai, setidaknya ia bisa berenang beberapa meter.
“Wah... bagus dek. Akhirnya adek bisa juga renang gaya kerupuk... hahaha.”
“Hahaha... ayo mas sini.” Teriak Aam dengan gembira.
Ben pun ikut bergabung bersama adiknya yang masih belum nampak kelelahan. Mereka berenang ke sana – ke mari tanpa menghiraukan pengunjug lain. Akhirnya setelah meras lelah, mereka pun menepi di pinggir kolam. Berjemur di bawah matahari yang terik.
“Sudah yuk dek, ganti baju terus pulang. Yang penting adek sudah bisa berenang gaya kerupuk sekarang...”  Ucap Ben
“Oke... kalau mas renangnya kaya kapuk ya mas... haha.” Jawab Aam sambil bercanda.
Setelah bilas dengan air bersih dan ganti pakaian, mereka pun segera meninggalkan tempat itu. Mereka tidak dapat menyembunyikan raca lelah setelah berenang cukup lama. Tak seperti ketika perjalanan berangkat, kini mereka tak begitu banya bicara. Namun mereka tetap merasa gembira, terutama Aam yang kini sudah bisa berenang gaya kerupuk.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan komentar Anda yang membangun