Kamis, 02 Desember 2010

Si Pejuang Kecil

 Part 1. ( Paku di Ban Sepeda )
 
Cerita ini dimulai ketika seorang anak yang menginjak usia kelas 6 Sekolah Dasar yang mulai menghadapi lika - liku kehidupan yang sulit dalam hidupnya. Adalah seorang Saptya yang sedang duduk di bangku sekolah dasar, tepatnya kelas 6di SDN 1 Jepon. Dia adalah seorang anak yang memiliki pribadi unik. Meski terkesan pendiam, namun dimata orang sekitarnya, terutama teman - teman sekolahnya dia adalah seorang yang suka bercanda dan suka menebar senyum. Prestasinya di sekolah memang tidak tergolong luar biasa, namun demikian ia selalu masuk ke dalam 5 besar. Sia memiliki keinginan keras untuk terus belajar dengan segala keterbatasannya, ia selalu berusaha keras untuk menjadi yang lebih baik lagi. Hari - hari ia lalui dengan apa adanya dan penuh keterbatasan. Ia selalu meluangkan waktunya untuk mengkaji ilmu lebih dalam. Ketika dirumah, ia tak pernah mengeluhkan keadaannya dan keluarga. Ia selalu membantu orang tuanya yang sangat ia sayangi, selalu berusaha untuk tersenyum untuk meringankan beban orang tuanya. Ia merasa bahwa ayahnya adalah satu - satunya yang sangat berharga yang ia miliki. Meski seringkali ia merindukan sosok seorang Ibu yang sudah lama meninggalkannya, namun ia berusaha untuk mengikhlaskan dan menerima keadaan itu.
Di sekolah, beberapa saat lagi sudah mulai ujian akhir. Ia mulai belajar lebih keras dibandingkan hari - hari biasa. Pagi hari ia berangkat dengan sepeda tuanya. Meski letak sekolahnya berjarak cukup jauh dari rumahnya, namun ia tak pernah surut untuk tetap semangat menuntut ilmu. Dengan jarak rumah dan sekolah kurang lebih 4,5 km dan jalanan yang naik turun cukup menyulitkan untuk anak seusianya melalui jalanan tersebut. Seringkali ia turun dari sepedanya karena tidak kuat untuk melalui tanjakan dengan terus mengayuh sepedanya. Ia melalui tanjakan itu dengan menuntun sepedanya. Meski mungkin agak berat, tapi ia tetap bersemangat melakukannya. Sesekali ada temannya yang berangkat sekolah berpapasan dengannya dengan diantar oleh orang tuanya. Meski ada sedikit keinginannya berangkat ke sekolah dengan diantar ayahnya, namun ia menyadari bahwa hal tersebut hanya akan menambah beban ayahnya. 
Saat itu, ketika ia sedang mengayuh sepedanya dengan santai, sambil melantunan lagu " Aku Cah Sekolah" keluar dari mulutnya, tiba - tiba ia merasa bahwa roda belakang sepedanya goyang. Ia turun dari sepedanya dan menengok ke bagian roda belakang sepedanya. Tak pernah ia sangka bahwa ban sepedanya akan kempes saat itu. Kemudian ia memeriksa ban sepedanya tersebut. Ia melihat ada paku menancap tepat di tengah - tengahnya. Ia tak tau harus berbuat apa kala itu. Akhirnya ia memutuskan untuk menuntun sepedanya menuju sekolah, tak mungkin ia akan meninggalkannya begitu saja. Tak ada rumah di sekitar tempat saat paku menancap bagian roda belakang sepedanya. Ia terus menuntun sepedanya tersebut ke sekolah meski sebenarnya ia pun merasa kelelahan. Ia terus menuntunnya menyusuri sepanjang pinggir jalanan. Sampai ketika ada seseorang yang berpapasan di dengannya. Kemudian orang itu menawari saptya untuk berangkat bersamanya. " Hei nak kenapa sepedamu ??, tanya bapak tersebut. " Anu pak, ban belakang sepeda saya kempes tertusuk paku", jawab Saptya dengan malu - malu. " Begini saja, kamu bawa sepedamu ke bengkel, tidak jauh di depan sana ada tukang tambal ban sepeda. Kamu bawa sepedamu ke sana, nanti berangkat sekolahnya sama bapak". Saptya menjawab dengan rasa tidak enak terhadap Bapak tadi, " Tapi pak nanti saya merepotkan". Sudah tidak apa -apa, dari pada kamu telat sekolah... iya kan ??. Sudah... bapak tunggu di tukang tambal ban sana, nanti saya antar ke sekolah", sahut Bapak tadi. Kemudian bapak tadi pergi menuju tukang tambal ban yang letaknya tidak jauh dari sana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan komentar Anda yang membangun